Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 02 Agustus 2012

Surat dari iblis untuk muslimin

Tadi nemu catatan yang menarik yang di posting di facebook. Judulnya "Surat dari iblis untuk muslimin". Jadi merinding bacanya, sadar soalnya selama bulan ramadhan ini ibadahnya belum maksimal. Begini kira-kira postingannya :


Surat dari iblis...

Hai manusia yang tersayang,

Tadi malam waktu akan tidur. Aku lihat engkau tidak memuji Allah, tidak berselawat, tidak membaca Ayat Kursi dan Kulhu. Ini bagus sekali kerana waktu akan tidur adalah waktu untuk tidur, bukan untuk membaca Al-Kur'an. Sesungguhnya engkau tidak membuang-buang masa.

Pagi ini aku lihat engkau tidak bangun mengerjakan solat subuh. Bagus sekali ! Engkau telah membuktikan bahwa engkau adalah sahabatku yang budiman. Janganlah engkau susah-susah bangun dan memendekkan tidurnya. Tidurlah dengan nyenyak dan nyaman. Jangan hiraukan suara ayam berkokok yang mengejutkan engkau dari tidurmu. Bila subuh datang menjelang, udara masih dingin, tariklah selimutmu dan tidurlah sayangku seperti puteri kayangan.

Aku lihat engkau jarang-jarang mengambil wudu'. Ini bagus sekali kerana engkau tidak membazirkan air dan tidak meninggikan water bill rumahmu. Aku lihat engkau tak pernah membaca Bismillah sewaktu akan makan. Ini bagus, karena engkau tidak memenatkan mulutmu. Dan bila sudah kenyang, engkau tak pernah menyebut Alhamdulillah. Ini bagus juga. Cukuplah engkau sedawa kuat-kuat seperti lembu.

Hai manusia yang kucintai,

Semalam ada seorang peminta sedekah datang ke rumahmu. Engkau menghalau dia suruh pergi tanpa engkau memberikan duit sesen ataupun seteguk air. Ini sangat bagus dan terpuji, kerana engkau tidak membuang-buang duit dan tak membazirkan rezekimu yang melempah-ruah yang diberi Allah kepadamu. Engkau seorang yang jimat cermat. Biarlah rezeki engkau untuk kegunaan engkau seorang, untuk menonton wayang, berholiday di Genting dan membeli kemewahan-kemewahan dunia.

Aku lihat bila engkau bertemu dengan sahabat handaimu, engkau tidak mengucapkan assalamualaikum. Engkau mengucapkan "Hi Everybody!" Ini bagus juga kerana engkau menunjukkan bahwa engkau mengerti adab resam orang kafir dan engkau mengerti bahasa Inggeris. Tak perlu engkau belajar membaca bahasa Arab kerana ini bukan bahasa antara-bangsa. Engkau telah membuktikan bahwa engkau dan aku adalah sahabat sejati. Sudah tentu engkau adalah seorang yang budiman kepada kaumku.

Duhai manusia,

Di sepanjang Ramadhan yang lalu, telah lemah seluruh urat sendiku, telah terbakar seluruh jasadku,merintih ku kesakitan, bilasetiap kali ku lihat hamba-hambaNya yang penat berpuasa di malam hari dan menghabiskan waktu malam dengan bertarawikh, berzikir dan merintih mengenang dosa-dosanya yang lepas,kerana pintu taubat telah dibuka oleh ALLAH dengan seluas-luasnya...Namun. Aku tetap gembira kerana ada diantara kalian yang
masih sudi menjadi temanku..melepaskan peluang rahmat ALLAH dengan mengucap perkataan yang sia-sia, mengumpat, tidak bertarawikh, malah mencipta persengketaan..aduhai tubuh badanku yang terbelenggu telah segar kembali...cukuplah NAFSU manusia sendiri menjadi penyambung tugasku di sepanjang bulan yang dirahmati itu...Di akhirat nanti, engkau dan aku dapat berjalan bersama-sama .... kita berpegang-tangan menuju Neraka Jahannam.

Sahabatmu Yang Tercinta,
Iblis Laknatullah


Sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=225840420787053


Rabu, 06 Juni 2012

GALAU itu...

GALAU itu...
Ketika kita melihat jutaan pasang mata polos yang takut, bahkan tak berani mengandaikan ingin menjadi apa dirinya dimasa depan nanti.

GALAU itu...
Ketika kita menyaksikan jutaan kaki-kaki mungil yang menempuh berkilo-kilo jalan, menyebrang sedalam-dalamnya sungai, menelusuri serimbun-rimbunnya hutan, hanya untuk belajar apa itu huruf A I U E O.

GALAU itu...
Ketika kita menatap jutaan bangunan reyot, gubuk yang hampir collapse, yang bahkan tak layak sebagai tempat peristirahatan binatang dijadikan tempat jutaan mata polos dan kaki mungil itu mengeja PANCASILA.

GALAU itu...
Ketika kita hanya mampu menatap dari kejauhan dan menggalau disudut ruangan.

GALAU itu...
Ketika kita hanya diam menyaksikan.


Kamis, 22 Maret 2012

Cinta semanis garam


Seorang pria bertemu dengan seorang gadis di sebuah pesta, si gadis tampil luar biasa cantiknya, banyak lelaki yang mencoba mengejar si gadis. Si pria sebetulnya tampil biasa saja dan tak ada yang begitu memperhatikan dia, tapi pada saat pesta selesai dia memberanikan diri mengajak si gadis untuk sekedar mencari minuman hangat. Si gadis agak terkejut, tapi karena kesopanan si pria itu, si gadis meng-iya-kan ajakannya.

Mereka berdua akhirnya duduk di sebuah coffee shop, tapi si pria sangat gugup untuk berkata apa-apa dan si gadis mulai merasa tidak nyaman dan berkata, "Kita pulang saja?". Namun tiba-tiba si pria meminta sesuatu pada sang pramusaji, "Bisa minta garam buat kopi saya?" Semua orang yang mendengar memandang ke arah si pria, aneh sekali! Wajahnya berubah merah, tapi tetap saja dia memasukkan garam tersebut ke dalam kopinya dan meminumnya.

Si gadis dengan penasaran bertanya, "Kenapa kamu bisa punya kebiasaan seperti ini?" Si pria menjawab, "Ketika saya kecil, saya tinggal di daerah pantai dekat laut, saya suka bermain di laut, saya dapat merasakan rasanya laut, asin dan sedikit menggigit, sama seperti kopi asin ini. Dan setiap saya minum kopi asin, saya selalu ingat masa kanak-kanak saya, ingat kampung halaman, saya sangat rindu kampung halaman saya, saya kangen orang tua saya yang masih tinggal di sana."

Begitu berkata kalimat terakhir, mata si pria mulai berkaca-kaca, dan si gadis sangat tersentuh akan perasaan tulus dari ucapan pria di hadapannya itu. Si gadis berpikir bila seorang pria dapat bercerita bahwa ia rindu kampung halamannya, pasti pria itu mencintai rumahnya, peduli akan rumahnya dan mempunyai tanggung jawab terhadap rumahnya. 

Kemudian si gadis juga mulai berbicara, bercerita juga tentang kampung halamannya yang nun jauh di sana, masa kecil-nya dan keluarga-nya. Suasana kaku langsung berubah menjadi sebuah perbincangan yang hangat dan akhirnya menjadi sebuah awal yang indah dalam cerita mereka berdua.

Mereka akhirnya berpacaran. Si gadis akhirnya menemukan bahwa si pria itu adalah seorang lelaki yang dapat memenuhi segala permintaannya, dia sangat perhatian, berhati baik, hangat, sangat perduli... Betul-betul seseorang yang sangat baik, tapi si gadis hampir saja kehilangan seorang lelaki seperti itu!

Kopi asin yang ada gunanya...

Kemudian cerita berlanjut seperti layaknya setiap cerita cinta yang indah, sang putri menikah dengan sang pangeran dan mereka hidup bahagia selamanya, dan setiap saat sang putri membuat kopi untuk sang pangeran, ia membubuhkan garam di dalamnya, karena ia tahu bahwa itulah yang disukai oleh pangerannya.

Setelah 40 tahun, si pria meninggal dunia, dan meninggalkan sebuah surat yang berkata, "Sayangku yang tercinta, mohon maafkan saya, maafkan kalau seumur hidupku adalah dusta belaka. Hanya sebuah kebohongan yang aku katakan padamu... tentang kopi asin itu."

Ingat sewaktu kita pertama kali jalan bersama? Saya sangat gugup waktu itu, sebenarnya saya ingin minta gula tapi malah berkata garam. Sulit sekali bagi saya untuk mengubahnya karena kamu pasti akan tambah merasa tidak nyaman, jadi saya maju terus. Saya tak pernah terpikir bahwa hal itu ternyata menjadi awal komunikasi kita! Saya mencoba untuk berkata sejujurnya selama ini, tapi saya terlalu takut melakukannya, karena saya telah berjanji untuk tidak membohongimu untuk suatu apapun.

Sekarang saya sekarat, saya tidak takut apa-apa lagi jadi saya katakan padamu yang sejujurnya, saya tidak suka kopi asin, betul-betul aneh dan rasanya tidak enak. Tapi saya selalu dapat kopi asin seumur hidupku sejak bertemu denganmu, dan saya tidak pernah sekalipun menyesal untuk segala sesuatu yang saya lakukan untukmu. Memilikimu adalah kebahagiaan terbesar dalam seluruh hidupku. Bila saya dapat hidup untuk kedua kalinya, saya tetap ingin bertemu kamu lagi dan memilikimu seumur hidupku, meskipun saya harus meminum kopi asin itu lagi.

Air mata si gadis betul-betul membuat surat itu menjadi basah. Kemudian hari bila ada seseorang yang bertanya padanya, apa rasanya minum kopi pakai garam?

Si gadis pasti menjawab, "Rasanya manis."

Kadang Anda merasa Anda mengenal seseorang lebih baik dari orang lain, tapi hanya untuk menyadari bahwa pendapat Anda tentang seseorang itu bukan seperti yang Anda gambarkan. Sama seperti kejadian kopi asin tadi.

"Tambahkan Cinta dan Kurangi Benci karena terkadang garam terasa lebih manis daripada gula"

Sumber : eBook Tambahkan Cinta dan Kurangi Benci

Senin, 19 Maret 2012

Karena cinta tidak memerlukan alasan

Cewe : Mengapa kamu menyukai saya?

Cowo : Saya tidak dapat menjelaskan alasannya.
Tetapi saya sungguh menyukai engkau

Cewe : Kamu bahkan tidak dapat memberikan alasan kepada saya.Bagaimana kamu dapat berkata menyukai saya? Bagaimana kamu dapat berkata kamu mencintai saya?

Cowo : Saya sungguh tidak tahu alasannya,tetapi saya dapat membuktikan bahwa saya mencintai kamu.

Cewe : Bukti? Tidak! Saya mau kamu menjelaskan alasannya.Pacar kawan saya dapat berkata kepada kawan saya bahwa dia mencintai kawan saya, tetapi kamu tidak dapat!

Cowo : Ok ok!!!
Hmm...
karena kamu cantik,
karena suaramu enak didengar,
karena kamu penuh perhatian,
karena kamu mengasihi,
karena kamu bijaksana,
karena senyummu,
karena setiap gerakanmu

Sayangnya, beberapa hari kemudian, sang cewek mengalami kecelakaan dan mengalami koma. Sang cowok kemudian menaruh surat di sisinya, dan isinya sebagai berikut:

Kekasihku,
Karena suaramu yang merdu saya mencintaimu.
Sekarang dapatkah kamu berbicara?
Tidak!
Oleh karena itu saya tak dapat mencintaimu....

Karena kamu penuh perhatian dan peduli
maka saya menyukaimu. Sekarang kamu tidak dapat menunjukkannya,
oleh karena itu saya tak dapat mencintaimu...

Karena senyummu, karena setiap gerakanmu
maka saya mencintaimu
Sekarang dapatkah kamu tersenyum?
Dapatkah kamu bergerak?
Tidak!
Karena itu saya tak dapat mencintaimu....

Jika cinta memerlukan alasan, seperti sekarang, maka tidak ada alasan lagi bagi saya untuk mencintai engkau lagi. Apakah cinta memerlukan alasan?
TIDAK!
Oleh karena itu, saya masih tetap mencintaimu dan cinta tidak memerlukan alasan...

Ketika mencintai seseorang, jangan pernah menyesal dengan apa yang pernah kamu lakukan. Menyesallah terhadap apa yang tidak pernah kamu tidak lakukan. Jika Tuhan membawa engkau kepada cinta. Dia akan memampukan engkau untuk bisa mengatasinya.

Sumber : e-Book Tambahkan Cinta Kurangi Benci


Senin, 05 Maret 2012

Antara Waktu dan Cinta


Alkisah di suatu pulau kecil nan indah, tinggallah berbagai macam benda-benda abstrak: ada Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan, Kecantikan dan Waktu. Mereka hidup berdampingan dengan baik dan rukun satu dengan yang lainnya. Namun semua berubah, ketika badai menghempas pulau kecil itu dan air laut secara tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau kecil itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri.

Cinta sangat kebingungan, sebab ia tidak dapat berenang dan tidak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air semakin naik membasahi kaki si Cinta. Tak lama berselang, Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu. "Kekayaaaaan! Kekayaaaaaan! Tolong aku!" teriak Cinta. "Aduh! Maaf, Cinta! Perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat membawamu, nanti perahu ini tenggelam. Lagi pula tak ada tempat lagi untukmu di perahuku ini." kata Kekayaan.  Lalu Kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi menjauhi Cinta.

Betapa sedihnya Cinta.... Namun kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya. "Kegembiraan! Tolong aku.....!!!!", teriak Cinta. Namun Kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga ia tidak mendengar teriakan Cinta.

Air semakin tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggang, Cinta-pun semakin panik. Tak lama kemudian lewatlah Kecantikan. "Kecantikaaan! Bawalah aku bersamamu....!!!", teriak Cinta. "Aduhhh,, Cintaaaa, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu ikut. Nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini...." sahut Kecantikan.
Cinta sedih sekali mendengarnya. Cina-pun mulai menangis terisak. Saat itu lewatlah Kesedihan. "Oh... Kesedihan, bawalah aku bersamamu" kata Cinta. "Maaf Cinta.... Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja" kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya.

Cinta putus asa. Ia merasakan air semakin naik dan akan menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, "Cintaaaa! Mari cepat naik ke perahuku!" Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya. Cepat-cepat Cinta naik ke perahu itu tepat sebelum air menenggelamkannya.

Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi tanpa pamit dengan Cinta. Pada saat itu barulah Cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakannya kepada seorang penduduk tua di pulau itu, "Wahai orang tua, siapa sebenarnya orang tua yang menyelamatkan saya tadi?". "Oh... orang tua tadi? Dia adalah Waktu" kata orang itu. "Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalku pun enggan untuk menolongku" tanya Cinta heran. "Sebab, hanya Waktulah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari Cinta itu" Kata orang tua itu....


Minggu, 15 Januari 2012

Saatnya untuk menikah

Saatnya untuk menikah, kata-kata itulah yang kali ini terngiang-ngiang selalu di pikirannya, memenuhi relung hatinya, dan merasuki berbagai macam kegiatan yang ia lakukan.

Menikah, sebuah fitrah yang memang Allah ciptakan untuk menjadikan ketenangan bagi manusia. Ialah yang merupakan sebuah labuhan hati untuk jiwa-jiwa yang rindu akan kesucian cinta dan hakikinya hubungan manusia dengan Tuhannya. Menikah bukan hanya sekedar pemenuhan hawa nafsu atau keinginan untuk bersama antara dua insan saja, tapi lebih kepada sebuah jalan bagi para pembangun peradaban. Pernikahanlah yang menjadi sebuah titik tolak awal kebangkitan umat. Pernikahan yang baik dan suci serta pendidikan keluarga yang tarbawi-lah yang menjadi momentum yang akan membawa energi perubahan di masa mendatang.

Menikah bukanlah hal yang sederhana namun pula tak pantas untuk membuatnya menjadi kompleks yang akhirnya menghilangkan makna keindahannya. Menikah akan mempertemukan dua manusia yang memiliki karakteristik jiwa yang berbeda satu sama lainnya namun memiliki ketertarikan yang tak mampu dijelaskan dengan kata-kata biasa, sekalipun oleh para pujangga. Ia seolah seperti sebuah energi yang tersimpan kuat di dalam dada setiap manusia, terkadang tenang, terkadang bergolak, dan akhirnya ingin bertemu pada muara yang sama.

Sebuah jiwa yang telah resah di hari-harinya seolah seluruh dunianya telah berubah karena ia seperti kehilangan separuh hatinya. Sebenarnya bukan kehilangan tepatnya, namun ia hanya belum menemukan. Puisi-puisi, syair-syair, bahkan nasihat dari para bijak bestari pun tak lagi memiliki arti bagi para jiwa yang sudah tak kuasa 'tuk segera menggenapkan diri.

"Lalu, apa? Apa yang sebaiknya aku lakukan?"

Rasulullah saw pernah bersabda, "Tak ada yang bisa dilihat lebih indah dari orang-orang yang SALING MENCINTAI seperti halnya PERNIKAHAN" (HR. Al Hakim).

Cinta antara dua manusia, antara dua jiwa yang berbeda namun entah mengapa tiba-tiba mereka memiliki frekuensi yang sama, harus bermuara dalam pernikahan. Tidak bisa tidak, tak ada lagi tawaran lain selain pernikahan. Hubungan-hubungan palsu duniawi yang lemah tidak akan pernah mampu menggantikan ajeg dan kokohnya tali cinta dalam pernikahan.

Sekali lagi, mari ingatlah, pernikahan bukanlah hal yang mudah namun tidak pantas pula untuk mempersulitnya. Banyak yang ragu dan enggan untuk memulai. Bisa disebabkan karena kondisi keuangan, kondisi pribadi, hingga kondisi keluarga. Seorang pemuda yang telah jatuh hati pada wanita idamannya hanya akan memiliki dua pilihan, meminang wanita itu hingga akhirnya menikah, atau izinkan laki-laki shalih lainnya untuk meminangnya. Dia tak bisa memberikan janji-janji pemenuh kebutaan syahwat yang pada akhirnya hanya akan menyakiti kedua belah pihak, entah akhirnya mereka benar-benar menikah atau tidak.

Setelah meminang, hanya akan keluar dua kalimat indah yang telah diajarkan oleh manusia paling mulia, Rasulullah saw. Katakan, "Alhamdulillah" jika engkau diterima, dan gelorakan, "Allahu Akbar" jika pinanganmu ditolaknya, sederhana. Sederhana pada pelaksanaannya namun hati, hati adalah rongga yang begitu dalam dan memiliki detak dan debar yang tidak sederhana. Maka di sinilah diuji keimanan manusia, apakah ia ridha dengan keputusan Tuhannya, Tuhan yang telah membuat ia dari saat sebelumnya ia bukan apa-apa, Tuhan yang telah memberikan nikmat yang sama sekali tidak mampu terhitung jumlahnya, dan tentu saja Tuhan yang telah menyematkan cinta yang begitu indah di dalam hatinya, atau ia merasa kecewa, tidak ikhlas, hingga akhirnya gerutu dan umpatan keluar dari lidah dan lisannya.

Sungguh kawan, cinta dua insan tidaklah mampu disembunyikan. Layaknya Abdullah bin Abu Bakar dan istrinya Atikah. Kenikmatan dan indahnya cinta yang akhirnya mereka rasakan dalam pernikahan membuat Abdullah lalai akan mengingat Tuhannya, bahkan hingga syuruq pun belum terlihat batang hidungnya di antara para jamaah shalat subuh. Maka, Abu Bakar, ayahnya, meminta untuk menceraikan istrinya. Perasaan apa yang ada di hatinya? Wanita yang begitu ia cintai, yang akhirnya ia dapatkan dengan cara halal dan suci harus ia lepaskan begitu saja! Siapa?! Siapa?! Siapa yang tidak akan menangis begitu dalam ketika harus menerima kenyataan ini. Siapa yang tidak akan menggubah syair yang memilukan jika harus menghadapi ini? Tetapi, perintah orang tua-lah yang ia utamakan, karena ia tahu ridha Allah berada pada ridha orang tua dan murka Allah berada pada murka orang tua.

Hari-hari kedua insan itu hanya dilalui seolah dua orang pesakitan yang tidak lagi memiliki harapan hidup, karena sebagian jiwa mereka hilang dan tidak mampu tergantikan kecuali kembali digenapkan. Akhirnya, Allah mengizinkan untuk mereka berkumpul kembali dalam siraman ridha Illahi.

Kawan, pernikahan membutuhkan persiapan. Ada dua hal mendasar yang memiliki batas yang hampir-hampir saling bersinggungan satu dengan yang lainnya, yaitu antara menyegerakan dan tergesa-gesa. Rasulullah saw bersabda, “Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian telah mampu ba'ah, maka hendaklah ia menikah, karena pernikahan lebih dapat menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan farji“(HR. Bukhari dan Muslim).

Apakah itu ba'ah wahai saudaraku? Ibnu Qayyim al-Jauziy berkata bahwa ba'ah adalah kemampuan biologis untuk berjima'. Namun, beberapa ulama ada yang menambahkan bahwa ba'ah adalah mahar (mas kawin), nafkah, juga penyediaan tempat tinggal. Kita tak mampu menutup mata dari berbagai kebutuhan yang harus terpenuhi ketika dua insan telah menyatu di dalam pernikahan.

Ada beberapa hal penting yang harus dipersiapkan menuju pernikahan. Sebuah bekal yang akan mempermudah dua insan untuk berjalan di jalur yang sama dalam pernikahan.

1. Persiapan ruhiyah
Saat pernikahan hanyalah memiliki satu niat, untuk semakin mendekatkan diri pada Tuhannya, sehingga Allah akan berkenan untuk meridhainya. Niat paling murni dan penuh keikhlasan dari seorang hamba. Dengan niat yang lurus ini seseorang akan yakin dan percaya bahwa Allah hanya akan memberikan yang terbaik untuknya, yang terbaik, yang terbaik, sekali lagi, yang terbaik. Tidak ada pilihan lainnya. Tentu saja hal ini tidak akan datang begitu saja, melainkan melalui proses perbaikan diri, perbaikan kualitas ibadah, dan pemurnian hati.

2. Persiapan ilmu
Saat dua paradigma berpikir disatukan, maka ia akan menemui benturan dan adu argumen antara keduanya. Persiapan ilmu dibutuhkan untuk mempersiapkan dan menyelaraskan perbedaan pandangan yang akan ditemukan ketika dua insan telah berada pada bahtera yang sama. Tanpa persiapan ilmu yang cukup, yang ada hanya pertengkaran dan tidak adanya pengertian antara yang satu dengan yang lainnya.

3. Persiapan fisik
Adalah cinta membutuhkan energi untuk hidup dan tetap menyala, maka seperti itulah yang dibutuhkan dalam kehidupan rumah tangga. Adalah bodoh ketika seorang suami hanya memberikan cinta tanpa menafkahi istri dan anak-anaknya. Cinta bukanlah khayalan dan fatamorgana, namun cinta adalah kenyataan yang dihadapi di depan mata. Fisik keduanya harus kuat, baik untuk membangun cinta juga untuk membangun keluarga. Hingga akhirnya cinta akan tetap hidup dalam bahtera keduanya.

4. Mengenal calon pasangan
Kenali ia dengan bertanya kepada keluarga atau orang yang shalih dan dapat dipercaya. Berjalan dengan mata tertutup adalah kebodohan yang nyata yang akan membawa mudharat baginya. Maka, lihat dan kenalilah calon pasanganmu dan berdoalah agar Allah memberikan yang terbaik untukmu. Satu hal yang perlu diingat kawan! Mengenal pasangan bukanlah dengan engkau berjalan berdua dengannya memadu cinta kasih yang sama sekali Allah haramkan hubungannya. Sama sekali tidak! Dengan itu kau hanya belajar menjadi kekasih yang baik, bukan istri/suami yang baik. Percayalah, pernikahan tak sama dengan hubungan semu yang sedang kau jalin bersamanya. Saat kau menikah tetap akan ada hal-hal baru yang sama sekali tidak kau ketahui dan itu jauh berbeda. Jika hasilnya sama, mengapa memilih jalan yang penuh duri dan sama sekali tidak mengandung ridha-Nya?

5. Lurusnya niat
Meskipun telah disinggung pada poin pertama, namun lurusnya niat bukanlah hal mudah untuk dilakukan. Ia harus terhindar dari riya' dan sum'ah, dari dengki dan iri, dan dari berbagai sifat yang merusak hati serta merusak hubungan dengan Tuhannya. Karena segala sesuatu berawal dan berakhir dari niatnya.

Cinta bukanlah satu hal pasif yang tidak membutuhkan energi dan pengorbanan untuk meraihnya namun ia adalah energi yang membutuhkan kerja keras dan berbagai pengorbanan, membutuhkan keikhlasan dan jernihnya hati, dan membutuhkan penyerahan diri pada pemilik cinta yang hakiki.

Biarlah cintamu tumbuh berkembang, akarnya menghujam bumi, daunnya berdesir mengikuti alunan angin, dan buahnya manis, serta bunganya indah merona, karena kau serahkan segalanya kepada Allah, Tuhan yang menciptakan cinta itu sendiri.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/12/16923/saatnya-untuk-menikah/

Jumat, 13 Januari 2012

8 CARA UNTUK MERAIH KESUKSESAN

1. YAKIN PADA DIRI SENDIRI
Keyakinan diri adalah kekuatan pendobrak yang luar biasa! Dengan keyakinan diri yang kuat, kita bisa menciptakan prestasi, apa yang tidak mungkin menjadi mungkin.

2. BERANI
Memang di kehidupan ini tidak ada yang pasti. Tetapi, kita harus BERANI memastikan dan memperjuangkan segala hal yang pantas kita raih!

- Berani menentukan target.
- Berani mulai melangkah.
- Berani memperjuangkan sampai sukses!

3. DISIPLIN
Jika Anda ingin sukses, tegakkanlah DISIPLIN DIRI dengan tegas! Kalau Anda tunduk oleh perasaan malas, manja dan bosan, maka pasti nasib Anda pun tidak akan berubah!

4. KOMITMEN
Bagi orang yang memiliki KOMITMEN dan integritas tinggi, mereka tidak pernah merasa takut, ragu atau bimbang dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka.

5. ULET
Ulet bukan sekedar sabar, pasif, apatis, pasrah dan bertahan..!! ULET adalah tekad yang mengandung sikap antusias, gigih, tegar, proaktif, dan pantang Menyerah..!!!

6. SABAR
Jika ingin sukses, SABAR harus kita miliki. SABAR menghadapi orang yang memusuhi dan meremehkan kita, SABAR menghadapi setiap halangan dan tetap berjuang hingga sukses.

Kesulitan ~ Halangan ~ Tekanan ~ Kegagalan adalah SUPLEMEN FOOD (vitamin) bagi orang-orang SUKSES.

7. TEGAR
Seganas apapun badai di kehidupan ini, dia tidak akan pernah menghancurkan insan yang memiliki KETEGARAN, keyakinan, dan niat baik. Kehidupan memang penuh variasi; kadang diuntungkan, kadang dirugikan, kadang sukses, kadang gagal, kadang dipuji, kadang dihina. Semua membutuhkan: ULET, SABAR, TEGAR.

8. SYUKUR
JIka setiap bangun pagi kita bisa MENSYUKURI dengan tulus apa yang telah kita miliki hari Ini, niscaya sepanjang hari kita bisa menikmati hidup ini dengan bahagia

BAGIKAN juga kepada teman - teman terkasih. Saya percaya, kita akan mendapat “lebih” dari apa yang bisa kita “beri”.


Rabu, 11 Januari 2012

Indahnya Bersaudara dalam Berbagi

Disebuah desa yg subur, hiduplah 2 lelaki bersaudara.
Sang kakak telah berkeluarga dgn 2 orang anak, sedangkan si adik masih melajang.

Mereka menggarap satu lahan berdua dan ketika panen, hasilnya mereka bagi sama rata.

Disuatu malam setelah panen, si adik duduk sendiri dan berfikir. "pembagian ini sungguh tidak adil, seharusnya kakakku lah yg mendapat bagian lebih banyak karena dia hidup dgn istri dan kedua anaknya."

Maka dimalam yg sunyi itu diam2 dia menggotong satu karung padi miliknya dan meletakkannya di lumbung padi milik kakaknya".

Di tempat yg lain, sang kakak juga sdg berfikir, "pembagian ini adil jika adikku mendapat bagian yg lebih banyak, karena ia hidup sendiri, jika terjadi apa2 dgnnya tak ada yg mengurus, sedangkan aku ada anak dan istri yg kelak merawatku."

Maka sang kakakpun bergegas mengambil satu karung dari lumbungnya dan mengantarkan dgn diam2 ke lumbung milik sang adik.

Kejadian ini terjadi bertahun-tahun. Dalam benak mereka ada tanda tanya, kenapa lumbung padi mereka seperti tak berkurang meski telah menguranginya setiap kali panen?

Hingga disuatu malam yg lengang setelah panen, mereka berdua bertemu ditengah jalan. Masing2 mereka menggotong satu karung padi. Tanda tanya dalam benak mereka terjawab sudah, seketika mereka saling memeluk erat, mereka sungguh terharu menyadari betapa mereka saling menyayangi.

Beginilah harusnya kita bersaudara.
Harta gak jadi pemicu permusuhan tapi jadi perekat yg teramat kuat diantara saudara.

Allah telah tanamkan cinta pd hati mrk yg mau lelah memikirkan nasib saudara2 mereka.
Allah tak akan biarkan kita kekurangan jika kita selalu berusaha mencukupi kehidupan orang lain.
Allah tak akan menyusahkan kita yg selalu berusaha membahagiakan orang lain.

Senin, 02 Januari 2012

Sebuah Syair Taufik Ismail untuk Sahabatnya (Mahasiswa IPB yang menghilang selama 15 tahun) | Penuh inspirasi




Syair untuk Seorang Petani dari Waimital (Pulau Seram) yang pada Hari Ini Pulang ke Almamaternya

I

Dia mahasiswa tingkat terakhir
ketika di tahun 1964 pergi ke pulau Seram
untuk tugas membina masyarakat tani di sana.
Dia menghilang
15 tahun lamanya.
Orangtuanya di Langsa
memintanya pulang.
IPB memanggilnya
untuk merampungkan studinya,
tapi semua
sia-sia.

II

Dia di Waimital jadi petani
Dia menyemai benih padi
Orang-orang menyemai benih padi
Dia membenamkan pupuk di bumi
Orang-orang membenamkan pupuk di bumi
Dia menggariskan strategi irigasi
Orang-orang menggali tali air irigasi
Dia menakar klimatologi hujan
Orang-orang menampung curah hujan
Dia membesarkan anak cengkeh
Orang kampung panen raya kebun cengkeh
Dia mengukur cuaca musim kemarau
Orang-orang jadi waspada makna bencana kemarau
Dia meransum gizi sapi Bali
Orang-orang menggemukkan sapi Bali
Dia memasang fondasi tiang lokal sekolah
Orang-orang memasang dinding dan atapnya
Dia mengukir alfabet dan mengamplas angka-angka
Anak desa jadi membaca dan menyerap matematika
Dia merobohkan kolom gaji dan karir birokrasi

Kasim Arifin, di Waimital
Jadi petani.

III

Dia berkaus oblong
Dia bersandal jepit
Dia berjalan kaki
20 kilo sehari
Sesudah meriksa padi
Dan tata palawija
Sawah dan ladang
Orang-orang desa
Dia melintas hutan
Dia menyeberang sungai
Terasa kelepak elang
Bunyi serangga siang
Sengangar tengah hari
Cericit tikus bumi
Teduh pohonan rimba
Siang makan sagu
Air sungai jernih
Minum dan wudhukmu
Bayang-bayang miring
Siul burung tekukur
Bunga alang-alang
Luka-luka kaki
Angin sore-sore
Mandi gebyar-gebyur
Simak suara azan
Jamaah menggesek bumi
Anak petani mengaji
Ayat-ayat alam
Anak petani diajarnya
Logika dan matematika
Lampu petromaks bergoyang
Angin malam menggoyang
Kasim merebah badan
Di pelupuh bambu
Tidur tidak berkasur.

IV

Dia berdiri memandang ladang-ladang
Yang ditebas dari hutan rimba
Di kakinya terjepit sepasang sandal
Yang dipakainya sepanjang Waimital
Ada bukit-bukit yang dulu lama kering
Awan tergantung di atasnya
Mengacungkan tinju kemarau yang panjang
Ada bukit-bukit yang kini basah
Dengan wana sapuan yang indah
Sepanjang mata memandang
Dan perladangan yang sangat panjang
Kini telah gembur, air pun berpacu-pacu
Dengan sepotong tongkat besar, tiga tahun lamanya
Bersama puluhan transmigran
Ditusuk-tusuknya tanah kering kerontang
Dikais-kaisnya tanah kering kerontang
Dan air pun berpacu-pacu
Delapan kilometer panjangnya
Tanpa mesin-mesin, tiada anggaran belanja
Mengairi tanah 300 hektar luasnya
Kulihat potret dirimu, Sim, berdiri di situ
Muhammad Kasim Arifin, di sana,
Berdiri memandang ladang-ladang
Yang telah dikupasnya dari hutan rimba
Kini sekawanan sapi Bali mengibas-ngibaskan ekor
Di padang rumput itu
Rumput gajah yang gemuk-gemuk
Sayur-mayur yang subur-subur
Awan tergantung di atas pulau Seram
Dikepung lautan biru yang amat cantiknya
Dari pulau itu, dia telah pulang
Dia yang dikabarkan hilang
Lima belas tahun lamanya
Di Waimital  Kasim mencetak harapan
Di kota kita mencetak keluhan
(Aku jadi ingat masa kita diplonco
Dua puluh dua tahun yang lalu)
Dan kemarin, di tepi kali Ciliwung aku berkaca
Kulihat mukaku yang keruh dan leherku yang berdasi
Kuludahi bayanganku di air itu karena rasa maluku
Ketika aku mengingatmu, Sim
Di Waimital engkau mencetak harapan
Di kota, kami …
Padahal awan yang tergantung di atas Waimital, adalah
Awan yang tergantung di atas kota juga
Kau kini telah pulang
Kami memelukmu.


Catatan:

Bagian IV syair puisi ini dibacakan oleh sahabatnya, yakni Bpk Taufiq Ismail, pada hari wisuda Institut Pertanian Bogor di kampus Darmaga, Sabtu, 22 September 1979, sesudah Antua M. Kasim Arifin (lahir Langsa-Aceh Timur, 18 April 1938) menerima gelar "Insinyur Pertanian Istimewa".

Sebelumnya, Kasim yang sudah 15 tahun dikabarkan hilang (sejak melaksanakan Kuliah Kerja Nyata thn 1964 untuk memperkenalkan program Panca Usaha Tani) tapi ternyata menanam akar di Waimital – Maluku, sehingga enggan memenuhi panggilan Rektor Prof. Dr. Ir. Andi Hakim Nasoetion. Pada kali ketiga kedatangan utusan Rektor, yaitu sahabatnya Saleh Widodo, baru Kasim mau datang ke Bogor. Dia terharu karena penghargaan almamaternya, tapi pada hakekatnya dia tidak memerlukan gelar akademik.

Pada hari wisuda itu Kasim yang berbelas tahun berkaus oblong dan bersandal jepit saja, kegerahan karena mengenakan jas, dasi dan sepatu, hadiah patungan sahabat-sahabatnya. Mahasiswa-mahasiswa IPB mengerubunginya selalu dan mengaguminya sebagai teladan keikhlasan pengamalan ilmu pertanian di pedesaan. Berbagai tawaran pekerjaan disampaikan padanya, tapi dia kembali lagi ke desa Waimital sesudah wisuda. Kemudian sesudah itu dia menerima pekerjaan sebagai dosen di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, di tanah asalnya (pensiun tahun 1994). Tawaran meninjau pertanian di Amerika Serikat ditolaknya.

Ketika ditanya kenapa kesempatan jalan-jalan ke A.S. itu tak diterimanya, sambil tertawa Kasim berkata bahwa pertama-tama jangankan bahasa Inggris, bahasa Indonesianya saja sudah banyak lupa. Kemudian yang penting lagi, katanya, apa manfaatnya meninjau pertanian di sana, yang berbeda sekali dengan pertanian kita di sini. Kesempatan meninjau sambil liburan tamasya ke A.S. itu tak menarik hatinya...
Beliau memang telah lama tiada, tapi kisah inspiratifnya tetap selalu terkenang. Beliaulah Mahasiswa sejati, yang akan selalu dikenang di negeri ini...

Sumber : http://arhamin.blogspot.com/2012/01/sebuah-puisi-dari-taufik-ismail-untuk.html

Rabu, 21 Desember 2011

Delapan Kebohongan Ibu

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan bahagian nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : “Makanlah nak, aku tidak lapar” ———-KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia dapat memberikan sedikit makanan bergizi untuk pertumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping kami dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan suduku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : “Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE DUA

Sekarang aku sudah masuk Sekolah Menengah, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak mancis untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kepentingan hidup. Di kala musim sejuk tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak mancis. Aku berkata : “Ibu, tidurlah, sudah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.” Ibu tersenyum dan berkata : “Cepatlah tidur nak, aku tidak penat” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE TIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi loceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata : “Minumlah nak, aku tidak haus!” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE EMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai keperluan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang pakcik yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : “Saya tidak butuh cinta” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE LIMA

Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pencen. Tetapi ibu tidak mahu, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi keperluan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi keperluan ibu, tetapi ibu berkeras tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : “Saya ada duit” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE ENAM

Setelah lulus dari ijazah, aku pun melanjutkan pelajaran untuk buat master dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universiti ternama di Amerika berkat sebuah biasiswa di sebuah syarikat swasta. Akhirnya aku pun bekerja di syarikat itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mahu menyusahkan anaknya, ia berkata kepadaku : “Aku tak biasa tinggal negara orang” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE TUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanser usus, harus dirawat di hospital, aku yang berada jauh di seberang samudera atlantik terus segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani pembedahan. Ibu yang kelihatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perit, sakit sekali melihat ibuku dalam keadaan seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : “Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE DELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya. Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : “Terima kasih ibu..!” Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktiviti kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah. Jika dibandingkan dengan pasangan kita, kita pasti lebih peduli dengan pasangan kita. Buktinya, kita selalu risau akan kabar pasangan kita, risau apakah dia sudah makan atau belum, risau apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah merisaukan kabar dari orangtua kita? Risau apakah orangtua kita sudah makan atau belum? Risau apakah orangtua kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi… Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi orangtua kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata “MENYESAL” di kemudian hari.

>> Dikutip dari postingan teman di grup salah satu jejaring sosial^^

Pengorbanan Besar Seorang Ibu

“Bisa saya melihat bayi saya?” pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan napasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa memilki daun telinga!

Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata, “Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya aku ini makhluk aneh.”

Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai teman-temannya di sekolah. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan, “Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja yang lain?”

Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya. Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencakkokkan telinga untuknya. “Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya.” kata doker. Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkan pada mereka. Beberapa bulan sudah berlalu dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, “Nak, seseorang yang tidak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia” kata sang ayah.

Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahir. Bakat musiknya yang hebat berubah menjadi kejeniusan. Ia pun banyak menerima penghargaan dari sekolahnya. Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat.

Ia menemui ayahnya. “Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar namu aku sama sekali belum membalas kebaikannya.” Ayahnya menjawab, “Ayah yakin kau tidak akan mampu membalas kebaikan hati orang yang telah memberi telinganya kepadamu.” Setelah terdiam beberapa saat ayahnya melanjutkan, “ Sesuai denga perjanjian, belum saatnya bagimu mengetahui semua rahasia ini.”

Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Dihari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibunya yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah bahwa ibunya tidak memilki daun telinga. “Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya.”bisik ayahnya. “ dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?”

Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun di dalam hati.

Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat.

Cinta yang sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak diketahui.

>> Selamat Hari Ibu ^^

Rabu, 07 Desember 2011

Hipotesis Mahasiswa Misterius Yang Berhasil Mematahkan Jawaban Seorang PROFESOR!

Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini, “Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?”.
Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, “Betul, Dia yang menciptakan semuanya”.
“Tuhan menciptakan semuanya?” Tanya professor sekali lagi. “Ya, Pak, semuanya” kata mahasiswa tersebut.

Profesor itu menjawab, “Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan”.
“Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau Agama itu adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, “Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?”.
“Tentu saja,” jawab si Profesor,
Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, “Profesor, apakah dingin itu ada?”
“Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada.

Kamu tidak pernah sakit flu?” Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.
Mahasiswa itu menjawab, “Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada.

Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.”
Mahasiswa itu melanjutkan, “Profesor, apakah gelap itu ada?” Profesor itu menjawab, “Tentu saja itu ada.”

Mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi anda salah, Pak.
Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak.

Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya.”
Akhirnya mahasiswa itu bertanya, “Profesor, apakah kejahatan itu ada?”
Dengan bimbang professor itu menjawab, “Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya.

Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan.”
Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi Anda salah, Pak.
Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan.
Tuhan tidak menciptakan kajahatan. Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya.”

Profesor itu terdiam. 

Dan nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein!
>> disadur dari http://bentoinfo.blogspot.com/

Selasa, 06 Desember 2011

Kekayaan, Kesuksesan atau Cinta?



Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah, dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua.

Wanita itu berkata, " Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut. Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, " Apakah suamimu sudah pulang ? " Wanita itu menjawab, " Belum, dia sedang keluar. " Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suamimu kembali ", kata pria itu.


Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, " Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini. Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam ".


" Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama ", kata pria itu hampir bersamaan. " Lho, kenapa ?" tanya wanita itu karena merasa heran. Salah seorang pria itu berkata, " Nama dia Kekayaan," katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut di sebelahnya, " Sedangkan yang ini bernama Kesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya. Sedangkan aku sendiri bernama Cinta. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk ke rumahmu ?"


Wanita itu kembali masuk ke dalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminyapun merasa heran. " Ohho ... menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan." Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, " Sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen kebun kita."


Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. " Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Cinta yang masuk ke dalam ? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Cinta." Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. " Baiklah, ajak masuk si Cinta ini ke dalam. Dan malam ini, Si Cinta menjadi teman santap malam kita."


Wanita itu kembali keluar, dan bertanya kepada 3 pria itu. " Siapa diantara Anda yang bernama Cinta ? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini." Si Cinta bangkit, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho .. ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan " Aku hanya mengundang si Cinta yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga ?"


Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. " Kalau Anda mengundang si Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Cinta, maka, kemanapun Cinta pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada Cinta, maka Kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta."

" Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami buta. Dan hanya si Cinta yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat kami menjalani hidup ini."**

Istri Idaman


Suatu hari seorang anak Laki-laki bertanya pada Sang Ibu...

“Bu, jika kelak anakmu ini akan menikah. Istri seperti apa yang mesti kupilih?”

Sang ibu yang bijak pun menjawab,,,
“Nak, seorang istri yang baik adalah dia yang saat kau pandang hilang resahmu. Saat kau bersamanya tentram hatimu. Saat kau pamit menjemput rizki, ia lambaikan tangan sambil mendo’akanmu...”

“Tapi Bu... Aku kan belum tahu sifatnya. Bagaimana aku dapat mengenalnya” Sang Anak menyela....

Sang Ibu menjawab... “Nak... jika kau ingin melihat kasih sayangnya padamu,,,, lihatlah bagaimana ia memuliakan Ayah Bundanya. Jika kau ingin tahu apakah ia kasih terhadap Anak-Anakmu kelak, lihatlah perlakuannya terhadap Adik-Kakaknya.”

Sang Anak termenung sejenak...


Sang Ibu menandaskan kembali..

 
“Nak... jodohmu sudah ada ditangan-Nya. Jangan pernah khawatir. Khawatirlah jika kau belum bisa memperbaiki diri. Khawatirlah bila engkau belum pantas menjadi suami bagi pendampingmu. Khawatirlah jika Ibadahmu hanya tuk dilihat olehnya. Padahal Dia yang memberikannya untukmu....
Nak, perbaiki akhlaqmu. Maka kau kan dapatkan pujaan hatimu.
Luruskan niatmu, maka kau kan dapatkan Bidadari Dunia Akhiratmu.
Sempurnakan Ikhtiarmu, maka Jodohmu kan mendekat padamu".



Jumat, 02 Desember 2011

Budaya Membaca di Jepang | Indonesia??


>> Duhhh,, ini artikel mengharukan sekali... Ternyata budaya membaca di Jepang mpe segininya,, gimana di Indonesia yah?? Pantesan orang Jepang pada pinter-pinter... hehe

Budaya membaca di Jepang terkenal di seantero dunia bahkan saya hingga detik ini sering melihat cukup banyak orang Jepang yang membaca (entah komik/novel/koran /majalah) di dalam kereta api listrik yang sedang melaju dengan kencang.

Pemandangan membaca di dalam kereta api listrik (bahasa Jepang : densha) adalah pemandangan yang jamak buat saya. Yang sering saya amati biasanya penumpangnya jarang mengobrol, biasanya sibuk membaca baik koran atau komik, bermain HP, ataupun mendengarkan musik. Itu yang biasa saya lihat, lumrah tidak berlebihan, namanya juga Jepang, budaya membacanya sudah mendarah daging.


Akan tetapi kalau membaca sambil berdiri itu yang luar biasa. Saya hanya membatin, " Sungguh mantap sekali manusia Jepang ini, bisa membaca sambil berdiri. Apakah tidak merasa mual, pusing atau muntah? Daya tahan tubuh yang luarbiasa ". Melihat orang Jepang membaca tanpa sedikitpun merasa terganggu konsentrasi membaca, bikin saya teringat dengan bikhu Shaolin yang sedang semedi. Kalau hanya membaca sambil berdiri kira-kira 10 menit, mungkin saya tidak terkagum-kagum seperti ini.

Kebetulan kereta api listrik (densha) yang saya tumpangi cukup jauh perjalanannya, sekitar 50-55 menit. Saat itu keadaan penuh sesak, sekitar pukul 17:00 dimana banyak pelajar atau pekerja berebut tempat didalam densha, rata-rata pun seperti saya terpaksa berdiri karena tidak memperoleh tempat duduk.

Densha ini berhenti di tiap stasiun, otomatis saya hanya sekedar mengamati keadaan penumpang, sembari berharap semoga cepat sampai di tempat tujuan. Orang Jepang yang saya amati tersebut tetap asyik masyuk membaca tanpa memperdulikan keadaan sekelilingnya. Lebih dari 5 kali stasiun masih juga tidak dapat tempat duduk, akhirnya saya pun memutuskan tetap bergelantungan alias berdiri berdesakan dengan penumpang yang lain, sembari asyik mengamati orang Jepang tersebut.



Saya amati setiap berhenti di stasiun, orang Jepang tersebut (Mr. X) tetap tidak terpengaruh dengan keadaan sekeliling, tetap asyik membaca tanpa merasa terganggu, luarbiasa. Dan yang saya lihat bukan hanya 1 manusia Jepang yang seperti ini, akan tetapi ada beberapa dalam gerbong kereta tersebut. Yang lain yang kebetulan beruntung dapat tempat duduk, tentu saja, membaca sambil duduk.

Mungkin anda heran apanya yang luar biasa dengan orang membaca? Saya yang sudah cukup lama tinggal di Jepang masih juga terheran-heran dengan budaya membaca di Jepang. Harus diakui budaya membaca orang-orang Jepang memang tinggi.

Ingat komik pasti ingat rajanya komik di dunia yaitu negara Jepang. Bahkan arti kata komik dalam bahasa Jepang yaitu Manga (baca: man-ga atau man-ng-ga) dikenal luas oleh penggemar komik Jepang diseluruh dunia. Sebut saja komik yang terkenal di dunia seperti, Naruto, Death Note, Dragon Ball, Detektif Conan, Azumanga Daioh, Area 88, Clamp no Kiseki (kelompok penulis kontroversial di Jepang-komik dewasa), Shin-chan, Uchi no sanshimai, dan masih banyak lagi. Tidak ada habis-habisnya bercerita tentang Komik di Jepang karena jumlahnya yang begitu banyak. Bagi seorang kutu buku pastilah Jepang terasa seperti " surga" buku/komik yang begitu banyak dan lengkap jumlahnya.







Salah satu toko buku yang sangat terkenal di berbagai lapisan rakyat Jepang adalah KINOKUNIYA shoten (Toko buku Kinokuniya). Tentu saja masih ada banyak toko buku di Jepang selain Kinokuniya shoten, akan tetapi Kinokuniya shoten merupakan salah satu pionir tok o buku di Jepang. Luarbiasa toko buku Kinokuniya yang telah berdiri sejak tahun 1927, koleksi bukunya sungguh lengkap, dijamin seorang kutu buku akan langsung jatuh cinta. Mulanya toko buku Kinokuniya pun hanya memiliki 1 toko buku yaitu di Shinjuku, Tokyo. Pendiri Kinokuniya shoten adalah Tanabe Moichi.



Saat ini kinokuniya shoten telah menjelma menjadi jaringan toko buku yang sangat familiar bagi rakyat Jepang. Kinokuniya shoten yang dioperasikan oleh Kinokuniya Company Ltd, saat ini telah sukses membuka 61 gerai toko buku di seluruh Jepang dan bahkan sukses pula merambah ke luarnegeri. Ada 23 gerai toko buku Kinokuniya yang berada di luarnegeri termasuk Indonesia.

Silakan buka websitenya, http://www.kinokuniya.co.jp/english/

Memang harus diakui orang Jepang sangat akrab dengan buku. Kegemaran membaca buku yang mendarah daging apalagi ditunjang dengan kemudahan dan fasilitas yang sangat mendukung hobi membaca ini. Misalnya, perpustakaan. Apalagi pemerintah dan juga Kaisar Jepang pun tergolong menyukai buku, klop sudah rakyat, pemerintah dan Kaisar pun sama-sama " gila " buku.

Saya paling terkesan saat membaca sejarah Jepang, pasca pengeboman Hiroshima-Nagasaki, tahun 1945. Jepang jelas-jelas hancur, luluh lantak, baik nyawa manusia yang terbunuh akibat jatuhnya bom atom juga harga diri sebagai bangsa yang berdaulat. Dalam kondisi yang serba hancur, Kaisar Hirohito (Kaisar Jepang saat itu) berusaha membangun kembali negaranya.

Kaisar Hirohito paham bahwa bangsanya berada di titik terendah, semangat dan harga diri sebagai bangsa telah jatuh. Walaupun Kaisar Hirohito pedih akan tetapi tidak sibuk berkutat untuk memerintahkan menghitung nyawa rakyat Jepang yang terbunuh, tentara yang gugur dalam medan peperangan atau armada perang yang tertembak musuh, dan lain-lain. TIDAK. Kaisar Hirohito paham dan sadar, yang paling penting adalah bangkit kembali dari keterpurukan dan berusaha melanjutkan hidup. Perintah Kaisar Hirohito sungguh mencengangkan " Kumpulkan jumlah guru yang masih tersisa/hidup."

Rakyat Jepang sangat mengagungkan Kaisar Jepang (bahkan hingga saat ini). Akibat perintah tersebut, rakyat Jepang sadar bahwa harus mampu bangkit dari keterpurukan. Jepang memang harus diakui sumber daya alam (SDA) sangat minim, akan tetapi untuk sumber daya manusia (SDM) boleh dibanggakan. Terbukti hampir 99 % rakyat Jepang melek huruf. Tidaklah mengherankan Jepang mampu bangkit kembali dari kehancuran di tahun 1945.



Akhir kata, moral artikel ini hanya satu, membaca dan pendidikan amatlah sangat penting. Jangan sekedar tergantung dengan sumber daya alam dalam membangun bangsa, yang terpenting justru sumber daya manusia. Dengan sumber daya manusia yang terdidik maka jalan menuju bangsa yang maju seperti Jepang akan semakin terbuka lebar. Sedangkan bila terlalu menggantungkan sumber daya alam maka hanya membuat rakyat menjadi malas, bagaimanapun sumber daya alam suatu saat akan habis. Ibarat kata, warisan sebanyak apapun akan habis, bila pewarisnya bodoh, suka berfoya-foya dan malas. Sialnya, saat tiba masa cucu-cicit hanya akan tersisa utang setumpuk gunung dan membebani hidup keturunan selanjutnya. Saya bukan bermaksud menggurui para pembaca, tetapi itulah yang cukup banyak saya lihat dalam pengalaman hidup.

Terimakasih buat semuanya yang telah membaca.

Salam hangat dari Jepang,
Ryu & Yuka-chan no mama

>> Sumber baltyra.com

Perempuan Bercadar | Sebuah Kisah Inspiratif


Ada seorang lelaki yang berwajah tampan yang ketampanannya telah diakui di seantero negeri dan telah menjuarai hampir semua lomba yang mengedepankan ketampanan, selain itu lelaki itupun kaya raya karena itu ia pun menjadi angkuh dan sombong karena merasa dirinya hebat dan bisa mendapatkan segala sesuatu yang diinginkannya.

Suatu ketika sang lelaki tersebut ingin mencari wanita yang akan dijadikan sebagai kekasihnya, sang pria mengajukan syarat bahwa wanita tersebut harus membuat dia penasaran.

Akhirnya dia pun membuat pengumuman dengan berbagai cara mulai dari iklan di koran, radio, televisi, sampai baliho besar-besar dipasang bahkan di dunia mayapun dia posting, sampai-sampai seluruh dunia mengetahui adanya sayembara tersebut.

Banyak sudah wanita, baik yang masih gadis sampai yang sudah berumur dari berbagai latar belakang kehidupan mencoba peruntungan mereka, tetapi semuanya harus pulang dengan kecewa karena tidak ada satu pun dari mereka yang diterima. Entah apa gerangan yang dicari sang lelaki tersebut.

Suatu saat di pagi hari yang cerah tepatnya hari ke sebelas di bulan ke delapan datanglah seorang perempuan untuk mencoba menjadi kekasih sang lelaki tampan dan kaya tersebut. Perempuan tersebut "Bercadar". Sang lelaki heran melihat perempuan bercadar tersebut, dia bertanya-tanya bagaimanakah bentuk wajah yang tersembunyi di balik cadar itu….

Sang lelaki itupun meminta sang perempuan untuk membuka cadarnya. Tetapi sang perempuan berkata, dia tidak akan membuka cadarnya dengan alasan apapun kecuali setelah 6 bulan kalau dia diterima. Tergelitik akan rasa penasaran dan nurani yang terusik akan keputusan apa yang harus diambil karena di satu sisi lelaki ini ingin mengetahui apa yang terjadi di bali cadar, tetapi di sisi lain dia tidak mau mengambil resiko menjalani hari-hari hidup sebagai pasangan kekasih dengan orang yang tidak jelas seperti ini.

Sang perempuan pun memohon dan meminta dengan sangat agar diberi kesempatan untuk bisa membuktikan bahwa dia bisa jadi pasangan si lelaki….. Setiap saat baik secara langsung maupun via sms dan telepon si perempuan selalu berharap, meminta dan memohon kepada sang lelaki.

Akhirnya karena rasa penasaran dan belas kasihan, dengan sangat berat hati dan sangat terpaksa akhirnya dengan ogah-ogahan diterimalah si perempuan ini. Walaupun sebenarnya sang lelaki memang penasaran dengan identitas sang perempuan. Akhirnya sang lelaki berkata, "Karena kamu sudah memohon-mohon dan meminta-minta, maka aku terima walaupun dengan berat hati". Akhirnya perempuan bercadar menjadi kekasih sang lelaki mulai hari ini sampai enam bulan ke depan.

Sang lelaki-pun menjalani hari-hari hidupnya bersama perempuan bercadar tersebut, setiap kemana-mana dia selalu merasa malu karena melihat pandangan orang yang seolah bertanya-tanya mengapa pria setampan itu berjalan dengan perempuan yang memakai cadar? Ada apa gerangan? Apakah sang perempuan itu malu berada didekat sang lelaki? atau apalah pendapat orang banyak...

Lelaki itu jelas menunjukan keengganannya bersama si perempuan apalagi di area publik, tetapi sang perempuan setiap kesempatan bersama selalu menunjukan perhatiannya sebagai seorang kekasih walaupun selalu tidak dianggap oleh sang lelaki.

Hari demi hari berlalu dengan rutinitas yang sama, sang pria merasa waktunya sangat lama berlalu menuju bulan ke enam sehingga dia segera dapat memuaskan rasa penasarnnya melihat wajah di balik cadar. Tetapi sang perempuan tetap setia, baik menunjukan perhatian dan kasih sayangnya kepada sang lelaki.

Akhirnya batas waktupun selesai, hari terakhirpun tiba.

Sang lelaki berkata, "Akhirnya aku bisa bebas dari kamu!", perempuan bercadar berkata, "Enam bulan aku sudah berusaha untuk menjadi kekasihmu dengan melakukan yang terbaik tetapi engkau tidak pernah menghargainya, terima kasih sudah memberi kesempatan untuk menjadi pasanganmu, maafkan jikalau aku tidak seperti yang kau harapkan". "Di hari ini", lanjut sang perempuan, "Seperti janjiku aku akan membuka cadarku".

Dan persis dihadapan sang lelaki, perempuan bercadar membuka cadarnya.
(Suasana sunyi senyap…keheningan terjadi beberapa waktu lamanya )
(Sang lelaki terperangah, terkejut, bengong seolah tak mempercayainya)

Ada apakah gerangan yang terjadi???

Di balik cadar sang perempuan.. Di balik topeng-topeng kehidupan yang selama ini diperankan, maka inilah lebih kurang deskripsi sang Perempuan bercadar tersebut:

“Wanita berkulit putih yang sangat mulus, dengan tinggi 169 cm dan berat badan 55 kg, ukuran-ukuran yang sangat proporsional, berwajah sangat cantik dan manis dengan senyuman yang sungguh menawan dengan rambut hitam bergelombang yang sangat indah, seolah-olah wajah dan tubuh yang diciptakan tanpa celah”

Sang perempuan berkata, "Engkau sudah menepati janjimu enam bulan bersamaku dan aku sudah menepati janjiku membuka cadar ini". "Sekarang urusan kita selesai, aku harus pergi, selamat tinggal".

Sesaat sang lelaki terperangah dan mulai memohon, meminta dan berharap agar si perempuan tak meninggalkan dirinya. Berhari hari... berkali-kali sang lelaki meminta, memohon dan berharap kepada sang perempuan supaya kembali bersamanya. Tetapi sang perempuan hanya diam.... menatap... tersenyum dan......

(Hanya sebuah catatan kecil dari suatu sisi kehidupan)

“Hargailah orang yang memberi perhatian kepada kita sekecil apapun itu, jangan sampai kita menyesalinya dikemudian hari”

>> Donald F.R. Sendow

Kamis, 01 Desember 2011

Aku Terpaksa Menikahinya | Sebuah kisah inspiratif


Sebuah kisah yang harus kita renungkan, dan supaya jangan sampai hal ini terjadi kepada kita....

Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.
Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.

Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.
“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”
“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi,  ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat  pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.
Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya  dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang,
Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.
Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.
Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.
Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!

Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”
Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”
Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

***
kisah  ini terinspirasi dari setiap kisah teristimewa, semoga ada kebaikan bagi aku sang penulis dan bagi kamu yang sejenak membaca dari kisah ini….
apalah kita hanya seonggok daging tak bernyawa, keegoisan dan kesemuaan yang kerap kita nampakkan…aku tak ubahnya kamu dan kamu tak ubahnya aku…ya, kita sama-sama jasad yang kelak hanya menjadi bangkai….

Rabu, 30 November 2011

Kisah Wanita Berpurdah

Suatu hari aku berjalan melalui pasar. Bertepatan dengan kumandang adzan, aku melihat seorang wanita. Wanita itu ganjil cantiknya. Dia berpaling kepadaku seolah-olah tahu bahwa aku memperhatikannya. Malah dia memberikanku anggukan kecil penuh makna sebelum dia berpaling di satu sudut menuju ke lorong penjual sutra.

Bagaikan terkena panah halilintar, aku serta-merta tertarik, hatiku terpukau dengan wanita itu. Dalam kepayahan aku berdebat dengan hatiku, memberikan satu demi satu alasan untuk meneruskan langkahku ke masjid untuk melaksanakan sholat yang sudah waktunya, namun perdebatan ternyata gagal. Aku memutuskan untuk mengikut wanita tersebut.

Aku bergegas mengejar wanita itu, nafasku habis dan terengah manakala wanita itu tanpa disangka mempercepat langkahnya. Dia telah berada jauh beberapa kedai di hadapan. Seketika dia memalingkan wajahnya padaku, serasa aku dapat melihat cahaya senyuman nakal wanita itu dibalik purdah hitamnya. "Adakah ini khayalanku saja?" bisik hatiku. Akalku seolah-olah tidak berfungsi pada waktu itu.

"Siapakah wanita itu?"

Aku memantapkan langkahku dan memasuki lorong dimana wanita itu kulihat masuk. Wanita itu terus melangkah dan senantiasa jauh dihadapanku, masih belum dapat aku kejar, semakin jauh dan jauh. Aku menjadi penasaran dan terus mengejarnya.

"Apakah wanita itu orang gila?" hatiku berbisik

Semakin jauh nampaknya wanita itu berjalan hingga ke penghujung bandar. Mentari turun dan tenggelam, dan wanita tersebut masih berada jauh di hadapanku. Sekarang, kami berada di tempat yang tidak disangka, sebuah perkuburan lama.

Kalaulah aku sadar seperti biasanya, pasti aku akan merasa gemetar, tapi aku terfikir, tempat yang lebih ganjil dari ini biasa dijadikan tempat pasangan kekasih memadu asmara. Dalam 60 langkah di antara kami aku melihat wanita itu memandang ke arahku, menunjuk arah, kemudian turun ke tangga dan melalui pintu bangunan sebuah kubur tua.

Kalaulah aku tidak diamuk senyuman wanita itu tadi, pasti aku berhenti sebentar dan memegun masa, tapi sekarang tiada guna berpaling arah, aku menuruni tangga tersebut dan mengekori wanita itu ke dalam bangunan kubur itu. Di dalam bilik bangunan kubur itu, kudapati wanita itu duduk di atas ranjang yang mewah, berpakaian serba hitam masih berpurdah, bersandar pada bantal yang diletak pada dinding, diterangi cahaya lilin pada dinding bilik itu. Di sebelah ranjang itu, aku terpandang sebuah lubang perigi. "Kuncikan pintu itu," kata wanita itu, dengan suara yang halus gemersik seumpama berbisik, "dan bawakan kuncinya."

"Buangkan kunci tersebut ke dalam perigi itu," kata wanita itu. Aku tergamam sebentar, kalaulah ada saksi di situ, pasti saksi itu dapat melihat gamamku. "Buang-lah," ujar wanita itu sambil ketawa" tadi apakah kau tidak berfikir panjang untuk meninggalkan sholatmu untuk mengekoriku kemari?" Tempelak wanita itu lagi. Akupun terdiam.

"Waktu maghrib sudah hampir selesai" kata wanita itu bernada sedikit menyindir. "Apa yang kau risaukan? Pergilah buangkan kunci itu, kau mau aku memuaskan nafsumu bukan?" Aku terus membuang kunci pintu tersebut ke dalam perigi, dan memperhatikan kunci itu jatuh. Perutku terasa bersimpul tatkala tidak ada lagi bunyi yang terdengar ketika kunci itu jatuh ke dalam lantai perigi. Aku berasa kagum, kemudian takut.

"Tibalah waktunya untuk melihat aku" kata wanita tersebut, dan dia mengangkat purdahnya untuk memperlihatkan wajah sebenarnya. Bukan wajah segar seorang gadis remaja, tapi yang aku lihat hanyalah wajah yang mengerikan, jijik, hitam dan keji, tanpa satu zarah cahaya kelihatan pada alur kedut ketuaannya" Pandang aku sungguh-sungguh!" kata wanita itu lagi.

"Namaku Dunia. Aku kekasihmu. Kau habiskan masamu mengejarku, sekarang kau telah memiliki diriku. Didalam kuburmu. Mari.... Mari...." Kemudian wanita itu tertawa dan terus tertawa, sehingga dia hancur menjadi debu, dan lilin itu padam satu per satu, dan kegelapanpun menyelubungi suasana.


Pesan Terakhir Ayah | Sebuah kisah inspiratif

Sobat,
Apakah arti sebuah kehidupan bila kita tidak bisa membuat orang yang kita sayangin merasa bahagia dan mendapatkan sebuah tempat yang nyaman di akhir hidupnya.

Dulu,
Setiap pagi saya masih ingat ketika saya kecil, saya dan adik saya selalu berangkat dengan sebuah vespa tua milik ayah saya untuk pergi ke sekolah. Walaupun bunyinya tidak enak didengar, tapi itu lah kenangan terindah dalam hidup saya. mengapa? karena dengan sepenuh hati Ayah saya mengantarkan saya pergi ke sekolah. Setiap paginya ayah saya bangun di pagi hari untuk bersiap-siap mengantarkan saya, sedangkan ibu saya sibuk membuat kue yang akan dia perdagangkan di pasar sebagai satu-satunya mata pencarian yang menopang kehidupan keluarga kami walaupun ayah juga bekerja sebagai dokter rumahan tradisional.

Ayah saya adalah seorang pekerja yang mengandalkan jasanya untuk mengobati anak-anak yang sakit, ayah termasuk orang yang dhermawan. Iya dikenal luas oleh tetangga-tetangga saya sebagai orang yang baik hati karena terkadang menolong pasien yang datang dengan gratis karena tidak mampu, tidak heran ditempat saya yang lingkungannya masih terbelakang karena kebanyakan dari mereka adalah pedagang di pasar mengenal baik ayah saya. Ibu saya juga wanita tangguh dan tidak pernah malu berdagang kue di pasar, ia sadar keluarga kami sederhana dan hanyalah ini yang ia bisa lakukan agar saya dan adik saya tetap dapat bersekolah.

Saya tidak pernah tau mengapa ayah saya sering sekali bangun di pagi hari dan batuk tiada henti hingga selalu membuat saya terbangun dari tidur saya. Hal itu terjadi nyaris 3 tahun terakhir hingga saya lulus dari bangku sekolah dasar dan masuk sekolah menengah utama, sejak saat itu saya tidak pernah diantar oleh ayah saya karena saya bersekolah di siang hari sedangkan adik saya masih pergi bersama ayah. Ayah adalah orang yang mengutamakan orang lain, saya pernah ingat suatu ketika di malam hari seorang ibu datang mengetuk pintu kami disaat kami berisrihat bersama bayinya. Ibu itu menangis karena anaknya mengalami kesulitan bernafas, ayah saya dengan sigap menolong ibu itu walaupun saat itu bukan jam prakteknya. 

Merasa iba dengan cerita ibu muda itu yang mengaku kehilangan suaminya, ayah bukan hanya memberikan gratis pengobatan tapi juga membantu memberikan uang seadanya untuk ibu itu agar bisa membeli obat kepada anaknya, paginya saya mendekat pada ayah karena saya ingin memberi buku pelajaran baru dengan polos ayah mengaku uang yang ia siapkan untuk membeli buku baru saya telah diberikan kepada ibu yang bertandang ke rumah kami semalam. Saya sedih sekaligus marah tapi ayah mengingatkan saya bahwa buku saya masih bisa saya beli nanti bila ia berhasil mendapatkan uang, tapi saya mendapatkan satu pelajaran dari pengorbanan ayah kelak hari.
Keesokan paginya tidak seperti biasanya ayah batuk-batuk tiada henti hingga membuat kami cemas, ibu yang masih membuat kue sampai meninggalkan kuenya demi meminta tolong tetangga saya karena kondisi ayah sangat parah hingga batuk mengeluarkan darah. Saya bersedih hati ketika melihat beberapa tetangga saya pergi membawa ayah saya dan menyarankan saya bersama adik saya dirumah saja. Dengan cemas saya berpikir ayah akan kembali pada siang hari dan ternyata saya salah hingga ibu pulang seorang diri sambil mengatakan saya harus bersiap-siap berkunjung ke rumah sakit.

Ketika tiba di rumah sakit, saya melihat ayah sudah dalam keadaan tidak mampu berdiri dengan alat bantu pernafasan yang dihempaskan suster mengunakan tabung kecil ke mulutnya. Saya dan adik saya langsung menangis melihat keadaan itu, saya bertanya kepada ibu saya apa yang terjadi mengapa ayah bisa sampai diperlakukan demikian. Ibu mengatakan pada saya untuk mendekat pada ayah dan katakan hal yang ingin saya katakan pada ayah untuk terakhir kalinya. Saya tertenggun dan sadar bahwa ayah sedang menunggu saya untuk bicara, adik saya yang masih kecil seperti tidak terlalu mengerti keadaan ayah tapi ikut menangis.

Saya dekati ayah saya dan bertanya apakah ayah akan baik baik saja. Beliau tersenyum dan hanya mengeluarkan air mata, paman saya yang sudah memang sejak awal disana mengatakan kepada saya untuk bilang bahwa saya ikhlas dan harus mengatakan sebuah pesan terakhir untuk ayah saya, saya turutin permintaan paman saya dengan tangis terendap-endap saya berkata
” Papa, kalau memang papa harus pergi. Saya ihklas, saya janji untuk menjaga adik dan Mama. Dan akan menjadi anak yang berbakti !”
Ayah hanya mampu menuliskan pesan lewat tangannya
” Maafkan papa tidak bisa memberikan buku yang papa janjikan..”
Dan senyuman terakhir ayah saya menjadi kenangan terakhir pada saya, saya cium kakinya untuk terakhir kalinya dan usai pemakaman saya baru menyadari bahwa ayah saya mengidap kanker paru-paru. Saya bersyukur disaat kematian ayah saya banyak dari tetangga saya yang beraneka ragam ikut membantu prosesnya dan bahkan mereka juga memberikan bantuan dana untuk meringankan beban saya. Terdengar oleh saya dari seorang tamu yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir kepada ayah saya
” Dia ( ayah saya) adalah seorang dokter yang bisa menolong orang dengan baiknya tapi sayang dia tidak bisa menyadari apa yang terjadi dalam dirinya. Orang ini begitu mulia, lihatlah hampir semua pasien yang pernah ditolongnya datang untuk memberikan penghormatan”
Saya bangga sekaligus bersedih hati, ayah saya sukses sebagai seorang manusia yang mengajarkan saya tentang arti kehidupan dan menolong orang. Ibu saya mungkin orang yang paling mengalami cobaan paling hebat dalam hidupnya ketika harus menjadi tulang punggung sepenuh hati setelah ayah saya meninggal. Saya juga berjuang untuk membantu beban keluarga saya agar ibu saya bisa tertolong karena adik saya masih membutuhkan dana yang besar guna mendapatkan pendidikan sembilan tahun. Tapi syukuran kehidupan kami bisa berjalan dengan baik berkat ibu saya yang memang wanita luar biasa. 

Dewasa ini saya menjadi penulis novel dan salah satunya yang saya tulis adalah kisah perjuangan seorang anak melawan kanker seperti yang saya alami. Kisah yang saya tulis bukan semata mayang untuk menghibur tapi menyampaikan sebuah pesan dan kisah inspiratif, saya bersyukur bahwa saya berhasil untuk pesan saya ini. kisah yang saya tulis dalam novel saya telah membuat banyak orang terisnpirasi akan perjuangan dan arti kehidupan

Setelah saya menepati janji saya untuk menjadi anak yang berguna dan berbakti, Saya pun teringat oleh janji ayah saya kepada saya tentang buku yang akan ia janjikan, Saya merasa buku itu sudahlah tidak penting karena saya sudah jauh dari bangku pendidikan. Saya pun menyumbangkan sebagian hasil penjualan buku saya untuk memberikan kepada yang tidak mampu sebagai bentuk penepatan janji ayah saya pada saya. Saya ingin dia bahagia di alam sana dan menyadari bahwa janjinya kepada saya telah terpenuhi.
Ibu saya adalah orang yang paling berpengaruh dalam hidup saya hingga pada saat ini kebahagiaan saya adalah untuk memberikan hal paling indah yang bisa saya berikan kepadanya bersama adik saya. Dan merekalah cinta terakhir saya ..

Agnes Davonar.

AYAH
Ayah…
Hal terindah dalam hidupku adalah nafas yang kau berikan
Ayah……..
Hal terbaik dalam hidupku adalah kenangan bersamamu
Ayah…….
Hal yang bisa kulakukan terakhir untukmu hanyalah sebuah puisi ini

Kenanglah semua yang pernah ada dalam hidup kita
Karena hanya itulah tali yang mengikat hubungan kita
Apapun yang terjadi dalam hidupku kelak
Kau adalah pencipta langkahku
Sekarang dan selamanya.
 >>  Saya ambil dari postingan teman di salah satu grup